Penulis: Ezra Muharrifah
Dewasa kini sering kali membuat kita merasa hidup penuh dengan lika-liku, tak jarang membuat kita merasa lelah, hancur atau bahkan kehilangan arah. Hati terasa berat, pikiran terasa kusut, dan air mata menjadi saksi bisu dari luka yang tak tampak oleh orang lain. Terkadang dewasa itu menakutkan, tapi tidak semua orang melihat itu, tidak semua orang mengalami kejadian yang sama.
Tetapi ada juga orang-orang yang tidak tahu mau melakukan apa, dia mau menjadi apapun bahkan dia tidak tahu. Dia sudah menyusun banyak rencana sebelumnya dan berharap pada rencana yang dia susun berjalan dengan baik yang bisa membawa dia ke suatu tempat yang tinggi dimasa depan. Tetapi ketika berjalan beberapa langkah dia terjatuh, dia tersandung dan lukanya cukup besar, karena apa? Karena itu bukan luka yang pertama.
Kalau manusia sudah pernah jatuh dan terluka sebelumnya, lalu kembali mendapatkan luka yang sama maka luka itu akan melebar, akan semakin menambah rasa sakit membuat semakin ingin menangis dan tidak mau melakukan apapun. Bahkan untuk speak up minta tolong saja dia takut, takut tidak ada yang mau membantu menyembuhkan lukanya. Karena dulu ketika dia bercerita akan sakit yang dia jalani tidak ada satu orangpun yang mau mendengarkan tentang sakit yang semakin lama semakin sesak dirasa.
Padahal ketika orang lain bercerita dia sangat antusias mendengarkan setiap keluhan yang seseorang itu utarakannya padanya, tapi kenapa ketika dia ingin bercerita tentang hidupnya yang semakin lama semakin berat dengan tuntutannya yang tidak kalah besar tidak ada yang mau mendengarkannya.
Ketika dia memberanikan diri untuk bercerita, tapi banyak orang bilang lukanya terlalu kecil untuk ditangisi, kesedihannya tidak pantas untuk dijadikan luka, bahkan ketika orang mendengarkan ceritanya justru membandingkan dengan masalah mereka yang katanya lebih besar.
Kini dia menjerit, menangis sejadi-jadinya berharap pada siapa? Siapalagi kalau bukan Tuhan. Tuhan tolong peluk aku dengan ketenangan, semua beban kini ku peluk sendirian, sesekali ku lihat sekitarku berharap ada satu orang yang menanyakan bagaimana keadaanku. Na’as, itu hanya harapanku.
Tuhan hari ini bolehkah aku bercerita sebentar saja dan peluklah aku dalam waktu yang cukup lama, sesungguhnya aku tidak mengerti dengan jalan hidupku, banyak sekali luka yang telah kulalui dan sampai saat ini aku berusaha tetap kuat, namun sayangnya aku mulai kehilangan kekuatan itu. Kini aku lemah Tuhan, beban yang kini menompang dibahuku terasa semakin berat.
Ketika luka terasa dalam, dan manusia di sekitar tak mampu memahami apa yang kita rasakan, Allah hadir untuk mendengarkan setiap cerita kita. Alllah mengetahui segala rasa yang tersimpan dilubuk hati kita. Dalam surah Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Luka yang kita alami bukanlah hukuman, melainkan cara Allah mendekatkan kita kepada-Nya. Luka itu mengajarkan kita tentang kelemahan diri dan kebesaran kasih sayang Allah. Allah adalah tempat kembali yang paling aman. Dalam dekapan-Nya, kita menemukan ketenangan yang tak dapat diberikan oleh siapapun. Luka tidak selamanya buruk, dalam Islam kesulitan sering kali menjadi pintu untuk mendapatkan rahmat dan keberkahan. Rasulullah Saw bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, atau duka cita, bahkan duri yang menusuknya sekalipun, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadikan luka sebagai jalan untuk lebih dekat dengan Allah. Bersabarlah dan yakinlah bahwa Allah sedang merancang sesuatu yang indah untuk kita. Percayalah bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, bahkan disaat-saat tersulit. Bersyukur juga merupakan kunci untuk melembutkan hati yang luka. Allah berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS.Ibrahim: 7)
Wahai hati yang terluka, ingatlah bahwa pelukan kasih sayang Allah selalu tersedia. Jangan pernah merasa sendirian, mintalah kepada-Nya dengan penuh harap dan keikhlasan. Biar Allah menyembuhkan luka-luka kita, menggantinya dengan kekuatan, kedamaian, dan keimanan yang lebih kokoh.
Allah selalu mengatakan “Wahai hamba-Ku, Aku ada disini, Aku tidak akan kemana-mana. Kamu selalu boleh pulang kapanpun yang kamu mau, Aku selalu menunggumu.” Semoga luka ini selalu menjadi jalan kita untuk bisa lebih dekat lagi dengan Allah. Hingga pada akhirnya kita mampu berkata “Ya Allah, aku selalu bersyukur atas setiap luka, karena aku menemukan cinta-Mu disana.”
Penulis merupakan mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi jurusan komunikasi penyiaran islam Universitas Islam Negeri Sumatra Utara medan