Rencana Libur Sekolah Selama Ramadhan 2025, Anwar Abbas Sambut Positif

Rencana Libur Sekolah Selama Ramadhan 2025, Anwar Abbas Sambut Positif

Wacana meliburkan sekolah selama bulan Ramadhan 2025 mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, salah satunya Pengamat Sosial dan Keagamaan, Anwar Abbas. Langkah ini dinilai sejalan dengan upaya memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada generasi muda, terutama tentang pentingnya menghormati bulan suci Ramadhan.

“Adanya rencana dari Kementerian Agama untuk meliburkan anak-anak selama bulan puasa patut disambut gembira. Dengan begitu, anak-anak bisa memahami bahwa bulan puasa adalah bulan suci yang harus dihormati,” ujar Buya Anwar dalam keterangannya, Kamis (2/1/2025).

Meski demikian, Anwar Abbas menegaskan bahwa libur sekolah tidak berarti siswa berhenti belajar. Menurutnya, proses pendidikan tetap bisa berlangsung melalui berbagai cara, seperti pembelajaran daring yang dipantau oleh sekolah. Hal ini memastikan bahwa siswa tetap mendapatkan pendidikan meski berada di rumah.

Pendidikan Bernilai Agama Selama Ramadhan

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyoroti pentingnya libur Ramadhan untuk memberikan ruang kepada anak-anak agar lebih fokus menjalankan ibadah puasa. Ia juga menilai, momen ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan berbasis nilai-nilai agama secara lebih intens.

“Selama libur, anak-anak dapat didorong untuk mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, seperti tadarus Al-Qur’an, menghadiri kajian keislaman, atau mengikuti pesantren kilat. Hal ini sangat penting untuk memperkuat spiritualitas mereka,” kata Anwar Abbas.

Ia juga mengingatkan para orang tua agar berperan aktif dalam mendampingi anak-anak mereka selama libur Ramadhan. Dengan adanya keterlibatan keluarga, nilai-nilai agama yang ditanamkan di rumah dapat lebih mudah diserap oleh anak-anak.

Respons Masyarakat terhadap Wacana Libur Ramadhan

Wacana ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian besar menyambut baik ide tersebut, terutama dari kalangan orang tua yang melihat libur Ramadhan sebagai waktu untuk mempererat hubungan keluarga.

“Saya rasa ini kebijakan yang bagus. Anak-anak bisa lebih fokus belajar agama dan menjalankan ibadah tanpa terganggu oleh jadwal sekolah,” ujar Fitri, seorang ibu rumah tangga di Jakarta.

Namun, ada pula yang memberikan catatan terhadap implementasi kebijakan ini. Beberapa orang tua khawatir bahwa libur panjang tanpa aktivitas yang jelas dapat membuat anak-anak menjadi tidak produktif. Untuk itu, diperlukan panduan dari sekolah dan pemerintah mengenai kegiatan yang bisa diikuti siswa selama Ramadhan.

Persiapan Kementerian Agama

Kementerian Agama, sebagai penggagas wacana ini, dikabarkan sedang mempersiapkan panduan teknis terkait pelaksanaan libur Ramadhan. Panduan tersebut mencakup kegiatan alternatif yang dapat dilakukan oleh siswa di rumah, seperti pembelajaran daring berbasis agama, hingga program kegiatan Ramadhan yang melibatkan masyarakat.

“Sekolah tetap akan berperan aktif dalam memastikan siswa mendapatkan pendidikan yang bermakna selama libur Ramadhan. Kami juga sedang merancang berbagai program kegiatan yang dapat diakses siswa dari rumah,” ujar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag dalam sebuah kesempatan.

Selain itu, Kemenag juga berencana bekerja sama dengan lembaga keagamaan dan komunitas lokal untuk menyelenggarakan kegiatan berbasis nilai-nilai Islam, seperti bazar Ramadhan, lomba hafalan Al-Qur’an, dan kegiatan sosial.

Dampak Positif bagi Anak-Anak

Wacana libur Ramadhan ini diharapkan tidak hanya memperkuat nilai-nilai agama, tetapi juga memberikan waktu bagi anak-anak untuk beristirahat dari rutinitas sekolah. Bulan Ramadhan yang penuh keberkahan bisa menjadi momen introspeksi dan pengembangan karakter bagi generasi muda.

Anwar Abbas berharap, jika kebijakan ini diimplementasikan, semua pihak dapat mendukungnya dengan baik. “Ini adalah kesempatan bagi kita semua, terutama anak-anak, untuk lebih mendalami agama dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Ramadhan bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga momen memperbaiki diri,” tuturnya.

Dengan segala manfaat yang ditawarkan, wacana ini tentu memerlukan sinergi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Semoga kebijakan ini, jika diterapkan, dapat memberikan dampak positif bagi pendidikan generasi muda sekaligus memperkuat nilai-nilai keislaman di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *