Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri, melayangkan kritik tajam terhadap pernyataan Gus Miftah, atau Miftah Maulana Habiburrahman, yang dinilai kasar dan melukai perasaan pedagang kecil. Ucapan tersebut terjadi dalam sebuah acara tabligh akbar beberapa waktu lalu, dan menjadi sorotan publik setelah videonya tersebar di media sosial.
Ucapan Kontroversial yang Menuai Kritik
Menurut Abdullah Mansuri, kata-kata yang dilontarkan Gus Miftah tidak mencerminkan sikap seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat. Ia menyayangkan bahwa figur publik seperti Gus Miftah, yang memiliki pengaruh besar, justru mengeluarkan pernyataan yang dianggap merendahkan pedagang kecil.
“Ucapan tersebut telah melukai perasaan pedagang kecil, khususnya pedagang kaki lima yang bekerja keras setiap hari demi menghidupi keluarganya. Ini sangat disayangkan karena sebagai tokoh agama, seharusnya beliau menjadi teladan,” ujar Mansuri dalam keterangan resmi, Selasa (3/12/2024).
Pedagang kaki lima dan pelaku usaha kecil, lanjut Mansuri, adalah bagian penting dari roda perekonomian Indonesia. Mereka adalah kelompok masyarakat yang mengandalkan ketekunan dan kerja keras untuk bertahan hidup.
Kekecewaan Pedagang Pasar
Pernyataan Gus Miftah tidak hanya menuai kritik dari Abdullah Mansuri, tetapi juga dari sejumlah pedagang pasar yang merasa tersinggung. Mereka mengungkapkan kekecewaannya atas kata-kata yang dianggap tidak menghargai profesi mereka.
Salah satu pedagang di Pasar Senen, Jakarta, mengaku terluka dengan pernyataan tersebut.
“Kami ini berjuang dari pagi sampai malam, kadang tidak pulang demi mencari nafkah. Kalau dihina seperti itu, rasanya sangat menyakitkan. Bukannya memberikan dukungan, malah merendahkan,” kata seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Beberapa pedagang lainnya juga menuntut permintaan maaf secara terbuka dari Gus Miftah atas ucapannya tersebut.
Gus Miftah Angkat Bicara
Di tengah kritik yang semakin memanas, Gus Miftah akhirnya memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa ucapannya telah disalahpahami dan tidak bermaksud untuk merendahkan pedagang kecil.
“Saya tidak pernah berniat menghina atau merendahkan siapa pun, apalagi pedagang kecil. Jika ada yang merasa tersinggung, saya memohon maaf sebesar-besarnya. Ucapan saya mungkin disalahartikan,” ujar Gus Miftah dalam sebuah video yang diunggah di akun media sosialnya.
Ia juga menegaskan bahwa dirinya selalu mendukung pedagang kecil sebagai bagian penting dari masyarakat dan perekonomian Indonesia.
Respon Publik dan Media Sosial
Insiden ini memicu perdebatan di media sosial. Sebagian besar netizen menyayangkan ucapan Gus Miftah, namun ada juga yang membela bahwa pernyataan tersebut hanya disalahpahami.
Tagar seperti #DukungPedagangKecil dan #HargaiPedagang muncul sebagai bentuk solidaritas kepada pedagang kaki lima. Netizen menilai bahwa pekerjaan mereka harus dihormati karena merupakan bentuk perjuangan dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Di sisi lain, pendukung Gus Miftah menganggap bahwa kritik yang dilayangkan terlalu berlebihan, mengingat tokoh tersebut telah banyak berkontribusi bagi masyarakat melalui berbagai program sosial dan keagamaan.
Sikap IKAPPI: Hargai Setiap Pekerjaan
Abdullah Mansuri menutup pernyataannya dengan pesan kepada masyarakat, khususnya figur publik, untuk lebih menghargai setiap pekerjaan.
“Pedagang kecil adalah tulang punggung perekonomian bangsa. Tanpa mereka, rantai pasokan kebutuhan sehari-hari bisa terganggu. Jangan sampai pernyataan kita, terutama sebagai figur publik, melukai hati mereka yang sudah bekerja keras,” tegasnya.
IKAPPI juga mengimbau agar semua pihak menjaga sikap dan ucapan, terutama yang menyangkut kelompok masyarakat kecil yang rentan terhadap tekanan sosial maupun ekonomi.
Pelajaran dari Insiden Ini
Insiden ini menjadi pengingat bahwa ucapan, terutama dari tokoh publik, memiliki dampak yang besar. Sebagai pemimpin opini, setiap kata yang dilontarkan harus dipikirkan matang-matang agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau melukai pihak lain.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam bertindak dan berbicara, serta semakin menghargai kerja keras masyarakat kecil yang berjuang untuk keluarganya. Bagaimanapun, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menopang kehidupan sehari-hari kita.